CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Selasa, 27 Mei 2008

Kebudayaan tradisional Indonesia

Kebudayaan tradisional Indonesia

[sunting] Rumah adat

* Aceh
* Sumatera Barat : Rumah Gadang
* Sumatera Selatan : Rumah Limas
* Jawa : Joglo
* Irian : Honai
* Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)

[sunting] Tarian

* Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog.
* Bali: Kecak, Barong/ Barongan.
* Maluku: Cakalele
* Aceh: Saman, Seudati.
* Melayu: Serampang Duabelas, Joget Lambak, Zapin, Tari Tanggai
* Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
* Betawi: Yapong
* Sunda: Jaipong, Reog
* Batak Toba: Tortor
* Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis

[sunting] Lagu

* Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung.
* Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama
* Melayu : Soleram, Tanjung Katung
* Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang
* Aceh : Bungong Jeumpa
* Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
* Anak Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur)
* Angin Mamiri (Sulawesi Selatan)
* Anju Ahu (Sumatera Utara)
* Apuse (Papua)
* Ayam Den Lapeh (Sumatera Barat)
* Barek Solok (Sumatera Barat)
* Batanghari (Jambi)
* Bolelebo (Nusa Tenggara Barat)
* Bubuy Bulan (Jawa Barat)
* Bungong Jeumpa (Aceh)
* Burung Tantina (Maluku)
* Butet (Sumatera Utara)
* Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat)
* Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara)
* Cing Cangkeling (Jawa Barat)
* Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan)
* Dago Inang Sarge (Sumatera Utara)
* Dayung Palinggam (Sumatera Barat)
* Dayung Sampan (Banten)
* Dek Sangke (Sumatera Selatan)
* Desaku (Nusa Tenggara Timur)
* Esa Mokan (Sulawesi Utara)
* Gambang Suling (Jawa Tengah)
* Gek Kepriye (Jawa Tengah)
* Goro-Gorone (Maluku)
* Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan)
* Gundul Pacul (Jawa Tengah)
* Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat)
* Huhatee (Maluku)
* Ilir-Ilir (Jawa Tengah)
* Indung-Indung (Kalimantan Timur)
* Injit-Injit Semut (Jambi)
* Jali-Jali (Jakarta)
* Jamuran (Jawa Tengah)
* Kabile-Bile (Sumatera Selatan)
* Kalayar (Kalimantan Tengah)
* Kambanglah Bungo (Sumatera Barat)
* Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatera Barat)
* Ka Parak Tingga (Sumatera Barat)
* Keraban Sape (Jawa Timur)
* Keroncong Kemayoran (Jakarta)
* Kicir-Kicir (Jakarta)
* Kole-Kole (Maluku)
* Lalan Belek (Bengkulu)
* Lembah Alas (Aceh)
* Lisoi (Sumatera Utara)
* Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)
* Malam Baiko (Sumatera Barat)
* Mande-Mande (Maluku)
* Manuk Dadali (Jawa Barat)
* Ma Rencong (Sulawesi Selatan)
* Mejangeran (Bali)
* Mariam Tomong (Sumatera Utara)
* Moree (Nusa Tenggara Barat)
* Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)
* O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)
* Ole Sioh (Maluku)
* Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)
* O Ulate (Maluku)
* Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)
* Pakarena (Sulawesi Selatan)
* Panon Hideung (Jawa Barat)
* Paris Barantai (Kalimantan Selatan)
* Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)
* Pileuleuyan (Jawa Barat)
* Pinang Muda (Jambi)
* Piso Surit (Aceh)
* Pitik Tukung (Yogyakarta)
* Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)
* Rambadia (Sumatera Utara)
* Rang Talu (Sumatera Barat)
* Rasa Sayang-Sayange (Maluku)
* Ratu Anom (Bali)
* Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)
* Sarinande (Maluku)
* Selendang Mayang (Jambi)
* Sengko-Sengko (Sumatera Utara)
* Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)
* Sing Sing So (Sumatera Utara)
* Sinom (Yogyakarta)
* Si Patokaan (Sulawesi Utara)
* Sitara Tillo (Sulawesi Utara)
* Soleram (Riau)
* Surilang (Jakarta)
* Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)
* Tanduk Majeng (Jawa Timur)
* Tanase (Maluku)
* Tari Tanggai (Sumatera Selatan)
* Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)
* Te Kate Dipanah (Yogyakarta)
* Tokecang (Jawa Barat)
* Tondok Kadadingku (Sulawesi Tengah)
* Tope Gugu (Sulawesi Tengah)
* Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)
* Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)
* Terang Bulan (Jakarta)
* Yamko Rambe Yamko (Papua)
* Bapak Pucung (Jawa Tengah)
* Yen Ing Tawang Ono Lintang (Jawa Tengah)
* Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)
* Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan)

[sunting] Musik

* Jakarta: Keroncong Tugu.
* Maluku :
* Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
* Minangkabau :
* Aceh :
* Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik

[sunting] Alat musik

* Jawa: Gamelan.
* Nusa Tenggara Timur: Sasando.
* Gendang Bali
* Gendang Karo
* Gendang Melayu
* Gandang Tabuik
* Sasando
* Talempong
* Tifa
* Saluang
* Rebana
* Bende
* Kenong
* Serunai
* Jidor
* Suling Lembang
* Suling Sunda
* Dermenan
* Saron
* Kecapi
* Kendang Jawa
* Angklung
* Calung
* Kulintang
* Gong Kemada
* Gong Lambus
* Rebab
* Tanggetong
* Gondang Batak
* Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya

[sunting] Gambar

* Jawa: Wayang.
* Tortor: Batak

[sunting] Patung

* Jawa: Patung Buto, patung Budha.
* Bali: Garuda.
* Irian Jaya: Asmat.

[sunting] Pakaian

* Jawa: Batik.
* Sumatra Utara: Ulos.
* Sumatra Barat/ Melayu: Songket
* Lampung : Tapis
* Sasiringan
* Tenun Ikat
* Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu

[sunting] Suara

* Jawa: Sinden.
* Sumatra: Tukang cerita.

[sunting] Sastra/tulisan

* Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
* Bali: karya tulis di atas Lontar.
* Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
* Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara

Malaysia Hentikan Semua Acara Kesenian Asal Indonesia

Malaysia Hentikan Semua Acara Kesenian Asal Indonesia


Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kementerian Pelancongan Malaysia minta semua promosi pariwisata yang menampilkan kebudayaan yang berasal dari Indonesia, seperti tarian Barongan dan Endang, dihentikan menyusul kontroversi oleh para aktivis kebudayaan Indonesia.

Menteri Pelancongan Malaysia, Adnan Tengku Mansor, mengatakan langkah itu diambil guna meredakan kontroversi, sambil menantikan pembahasan atau perundingan yang akan dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, demikian harian Utusan Malaysia, Selasa.

"Tarian Barongan memang ada di Johor. Kalau lihat sejarah nenek moyang kita menjelajah dari satu pulau ke pulau dengan membawa budaya dan cara hidup seperti tarian tradisional dari Indonesia yang kini menjadi bagian seni budaya Malaysia," kata Adnan.

Zaman dulu mana ada batas antara Malaysia dan Indonesia, mana ada paspor dan tidak ada sistem imigrasi," katanya kepada para wartawan.

Ia mengatakan pula, ketika delegasi Malaysia mempersembahkan tarian Endang di Osaka, Jepang, Departemen Luar Negeri dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI mengirim surat protes yang berisi mengingatkan bahwa tarian tersebut berasal dari Indonesia.

Kementerian Pelancongan dan Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia sudah mengatakan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik untuk duduk bersama menyelesaikan permasalahan ini.

Selain itu, Utusan Malaysia juga membuat karikatur percakapan dua laki- laki, "Barongan, tarian Endang dalam promosi pelancongan dihenti," "Tempe masih bisa dimakan".

Sementara Berita Harian menurunkan berita bahwa Kementerian Pelancongan dan Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan akan duduk satu meja dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI untuk membahas kontroversi kesenian dan kebudayaan Indonesia-Malaysia.

Ketika Jero Wacik dan Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Rais Yatim bertemu, Sabtu (10/11) di Kuala Lumpur, ia mengatakan kepada ANTARA, "Indonesia dan Malaysia itu satu rumpun. Kebudayaan dan kesenian relatif sama. Tidak masalah kesenian Indonesia dipentaskan Malaysia dalam forum internasional, tetapi harus jujur dikemukakan bahwa asalnya dari Indonesia". (*)

kesenian&kebudayaan di sabah

Masyarakat majmuk di Sabah membolehkan kita menikmati keunikan serta keindahan kebudayaan serta kesenian yang mempersonakan. Walaupun Sabah kaya dengan kebudayaan dan kesenian namun perbezaan di antara satu sama lain adalah ketara. Ini boleh dilihat terutama sekali pada, pakaian tradisi, tarian tradisi, muzik tradisi, dan kraftangan. Setiap satunya akan mencerminkan identiti sesuatu suku kaum dengan agak nyata.


Penduduk Sabah terdiri daripada pelbagai suku kaum. Di antaranya adalah Kadazandusun, Bajau, Murut, Kedayan, Bisaya, Irranun, Rungus, Kimarang, Kwijau, Lundayeh, Ubian, Binadan, Orang Sungai, Tatana, Tagaas, Brunei, Suluk dan lain-lain.

Perbezaan diantara berbagai-bagai suku kaum tersebut adalah ketara terutama sekali dari segi bahasa, ugama, adat istiadat, corak dan pegangan hidup termasuklah pakaian tradisi mereka.

Penggunaan pakaian-pakaian tradisional tersebut boleh dilihat dari dua sudut zaman iaitu zaman klasik dan zaman moden. Di zaman klasik, pakaian-pakaian tradisional ini dipakai semasa uparaca-upacara ritual, hari perkahwinan dan sebagai pakaian seharian. Di zaman moden pula pakaian-pakaian tradisional ini hanya dipakai untuk tujuan-tujuan yang tertentu seperti di hari perkahwinan oleh pengantin lelaki dan perempuan (kadangkala juga oleh pengapit pengantin) serta untuk acara-acara kebudayaan.

Kebanyakan suku kaum di Sabah memilih hitam sebagai warna pakaian traditional mereka. Penggunaan warna hitam asalnya daripada kepercayaan bahawa warna hitam adalah lambang kekuasaan atau warna ketuhanan yang mana dapat melindungi si pemakai daripada makhluk-makhluk halus yang jahat. Ada setengah-tengah pihak mengatakan bahawa penggunaan warna hitam adalah disesuaikan dengan cara hidup dan keadaan semulajadi di waktu itu.

Hiasan Diri

Pada masa lalu, batu akik merah, manik-manik kaca berwarna, kulit kowri, butang putih atau cakera yang dibuat daripada cengkerang dan tembaga digunakan untuk menghiasi pakaian lelaki dan perempuan. Pada hari ini, kebanyakan hiasan-hiasan ini diganti dengan manik-manik plastik dan bahan moden yang lain seperti benang emas dan perak, labuci dan benang berwarna. Seperti dahulu, hiasan-hiasan ini masih lagi disertai dengan tali pinggang yang dibuat daripada berbagai-bagai bahan seperti manik cengkerang dan kaca duit syiling perak, tembaga dan logam-logam lain, lapik pinggang yang dibuat daripada rotan berwarna untuk mengetatkan gaun, seluar atau anak baju. Kalung dibuat daripada berbagai-bagai bahan dijadikan hiasan leher dan dada. Gelang juga dipakai untuk menghiasi lengan, pergelangan tangan serta kaki.

Tutup kepala seperti terendak atau tudung dipakai oleh kaum lelaki dan wanita sebagai pakaian biasa sebagai pelindung dan penahan peluh. Pada majlis-majlis upacara, terendak-terendak yang dipakai adalah lebih indah dan berwarna-warni. Spesialis ritual memakai tutup kepala dan pakaian dengan hiasan yang banyak yang membezakan mereka dari orang biasa apabila mereka menjalankan sesuatu upacara tradisional. Kaum lelaki masih memakai sigah sejak dari dahulu lagi. Sigah atau tanjak ini adalah sekeping kain segiempat yang dipakai dalam berbagai-bagai bentuk mengikut daerah atau asal si pemakai. Kaum wanita pula memakai manik, sisir, tudung dan terendak bergantung pada waktu dan kegiatan yang dilakukan.

* Rekacipta pakaian-pakaian traditional ini adalah hasil daripada evolusi perubahan dan citarasa semasa. Direkaindah sedemikian adanya untuk kesesuaian dan keselesaan khususnya di waktu persembahan tarian-tarian traditional.

Dipetik daripada :-

  1. Busana Traditional Etnik Sabah, Jabatan Cetak Kerajaan Kota Kinabalu, Jawatankuasa Penerbitan Risalah Busana Traditional Etnik Sabah, 1993).

  2. Warisan Sabah : Pengenalan Ringkas Sejarah dan Warisan
    Sabah. Jabatan Muzium Sabah, Kota Kinabalu.1992



Upacara - Upacara Tradisional

Upacara - Upacara Tradisional

Upacara - upacara tradisional masih hidup dalam kebudayaan orang Yogyakarta, upacara -

upacara tersebut antara lain :

Sekaten : Sekaten diadakan setiap tahun sekali, pada bulan jawa Maulud. Sekaten

diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Mohammad S.A.W. Sekaten

diselenggarakan di Alun-alun utara, dan perayaan tersebut dimulai atau diawali oleh para

kerabat Kraton Yogyakarta.

Grebeg Maulud : Grebeg Maulud merupakan puncak dari perayaan Sekaten. Festival ini didahului

oleh sebuah parade, parade tersebut berangkat dari Kemandungan kemudian menyeberangi Siti

Hinggil. Setelah itu ada upacara Gunungan adalah simbol kesuburan dan kemakmuran, gunungan

tersebut dibuat dari makanan seperti : sayuran, kacang, telur dan nasi.

Labuhan : Upacara Labuhan merupakan perayaan kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono. Labuhan

adalah pemberian dari Kerajaan Yogyakarta berupa makanan yang dilabuh ke laut selatan

sebagai hadiah untuk Kanjeng Ratu Kidul.

Alat Transportasi Tradisional

Becak : Becak adalah kendaraan roda tiga yang dikemudikan dengan cara dikayuh seperti

sepeda, becak dapat membawa 2 penumpang yang duduk di bagian depan dan pengemudinya mengayuh

dibagian belakang becak tersebut. Becak tidak sulit untuk dicari, hampir di setiap jalan ada

becak.

Andong : Andong adalah kereta roda empat yang ditarik oleh satu atau dua ekor kuda. Roda

depan andong lebih kecil daripada roda belakangnya, andong juga dilengkapi dengan lampu

antik di kedua sisinya dan bell yang bunyinya khas.

Sepeda : Yogyakarta terkenal juga dengan sebutan "Kota Sepeda" karena terdapat banyak

pelajar yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Penduduk menggunakan sepeda

sebagai alat transportasi sejak tahun1960. Tetapi keberadaan sepeda makin lama makin menurun

karena fungsinya mulai diganti dengan kendaraan bermotor yang lebih baik.

Kebudayaan Yogyakarta

Nama Lagu Daerah : Gambang Suling, Gundul Pacul, Lir-ilir, Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora

Jamu, Te Kate Dipanah, dll.

Nama Tari Daerah : Tari Yapong, Tari Kuda-kuda, Tari Batik, Tari Tani.

Musik Tradisional : Gamelan Jawa yang terdiri dari gambang, gong, bonang, kempul, kempyang,

kendang, kenong, ketuk, rebab, saron bumbung, saro demung, saron panerus, dan suling.

Pertunjukkan : Wayang Orang ( cerita diambil dari Mahabarata / Ramayana ), Wayang Kulit (

dimainkan oleh seorang dalang ), Ketoprak ( cerita diambil dari sejarah / babad zaman

raja-raja dulu), dan Srandul ( seperti ketoprak tetapi lebih sederhana, cukup dimainkan

dihalaman rumah.)